Tangerang Selatan – Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan dan Kegemaran Membaca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Mutia Rachmah, mengatakan jumlah titik perpustakaan yang tersebar di Tangsel sudah sangat banyak.
Bahkan Mutia mengakui, pendataan jumlah perpustakaan setiap tahun selalu ada dan sampai saat ini pendataan tersebut masih berjalan.
Tetapi, Mutia mengatakan untuk perpustakaan yang menjadi prioritas Dinas Perpustakaan Tangsel adalah yang berada di sekolah negeri terlebih dahulu.
“Banyak banget, ibaratnya pendataan setiap tahun tidak selesai-selesai, saking banyaknya, tapi memang kita harus benar-benar perhatikan untuk perpustakaan yang berada di sekolah negeri terutama, kalau swasta biasanya mereka ada yayasan,” ungkapnya, kepada wartawan, dikutip Rabu, (11/9/2024).
“Nah mungkin ada beberapa, saya kelapangan yang memang, yang langsung benar-benar kita perhatikan, kalau masalah perpustakaan di sekolah itu yang mungkin yang negeri dulu,” sambungnya.
Perihal jumlah perpustakaan di Tangsel harus diiringi dengan efektivitas dari fungsi perpustakaan itu. Namun Mutia belum bisa memastikan indikator kemanfaatan perpustakaan untuk masyarakat secara target kinerja.
“Kita belum ada kajian soal itu, jadi saya kalau ditanya berapa persen target kinerjanya belum bisa menjawab sampai kesana,” ujarnya.
Lalu, untuk jumlah perpustakaan yang berada pada setiap kecamatan di Kota Tangsel, Mutia mengatakan ada 7 perpustakaan dan masih berjalan. Kemudian ada 6 sampai 8 perpustakaan di setiap kelurahan.
“Di kecamatan kita ada 7, terus disetiap kelurahan itu sekitar 6 sampai 8 perpustakaan yang dapat bantuan dari Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) Perpusnas dan Provinsi, itu ada di beberapa kelurahan,” terangnya.
Tak lupa, ia juga mengutarakan bahwa Perpusnas setiap tahunnya akan memberikan bantuan ribuan buku beserta fasilitas seperti komputer kepada perpustakaan yang ada di Tangsel.
“Dia berbasis inklusi juga, biasanya Perpusnas nanti setiap tahun, seperti ada bantuan seribu buku, atau mungkin komputer seperti itu,” ucapnya.
Ketika disinggung terkait anggaran pengembangan literasi berbasis inklusi sosial, lagi-lagi Mutia tidak bisa memastikan informasi konkret.
“Wah kalo itu sih setiap tahun kita tidak bisa mastiin, pokoknya kita selalu memaksimalkan, ada atau tidak ada, inginnya seperti ini bisa menjadi event di setiap tahun,” jelasnya.
“Karena anak-anak itu senang kalau ada lomba, seneng kalau ada acara seperti ini, mereka dari sekolah bisa main, bahkan untuk nanti, kita buka sampai besok, ada satu sekolah yang mengirim 70 siswa,” tukasnya.
Laporan: STW