TUTUP IKLAN
Kota Tangerang Selatan

24 Tahun Menetap di Kota Tangsel, Tukang Sol Sepatu Keluhkan Perihnya Mencari Nafkah

56
×

24 Tahun Menetap di Kota Tangsel, Tukang Sol Sepatu Keluhkan Perihnya Mencari Nafkah

Sebarkan artikel ini

Tangerang Selatan – Semangat dan tekad yang kuat dari Nurdin (40) dalam mencari nafkah bagi keluarganya patut menjadi teladan buat generasi selanjutnya. Namun sayang, selama 24 tahun hidup di Kota Tangerang Selatan, ia mengaku tak pernah merasakan sentuhan dari Pemerintah Kota setempat.

Sentuhan yang idealnya memudahkan keberlangsungan kehidupan masyarakat kota tersebut. Sentuhan yang menjamin hak-hak yang harusnya diberikan.

BERITA INI DI SUPPORT OLEH

Ya, Nurdin lahir di Kuningan pada tahun 1984, ia memang tidak lahir di kota tersebut, perjalanan hidupnya lah yang membawa ia berlabuh disana.

Saat ini, Ia bersandar pada usahanya yakni membuka jasa sol sepatu di pelataran Pasar Ciputat, Tangerang Selatan. Setiap hari ia naik angkutan umum dari rumahnya di daerah Pondok Ranji menuju Ciputat.

Selama menetap di Tangerang Selatan dari tahun 2000 hingga saat 2024, Nurdin merasakan kurangnya kehadiran Pemerintah Kota untuk menjamin kehidupan sosial bagi masyarakatnya.

Lanjutnya, kehadiran Pemerintah Kota Tangerang Selatan yang dirasakan dan terlihat hanya pembangunan yang sifatnya fisik.

“Hanya dampak lingkungan saja yang saya rasakan, seperti perbaikan drainase, pembangunan jalanan, dan lain-lain yang bersifat pembangunan dan perbaikan,” terangnya.

24 tahun bukanlah waktu yang singkat, ia sampai berani mengungkapkan bahwa belum pernah menerima dampak sosial dari pemerintah.

Dampak sosial yang dimaksud adalah kesehatan, pendidikan, ataupun hal lainnya yang menjamin kesejahteraan untuk masyarakat.

“Sedangkan untuk dampak sosialnya seperti jaminan biaya pendidikan, kesehatan dan lainnya itu belum pernah saya rasakan selama saya tinggal disini,” ungkap Nurdin.

“Maka dari itu, untuk mendekati cukup saja sangat sulit, bahkan terkadang sangat dipaksakan demi memenuhi isi dapur agar kompor tetap menyala,” tandas Nurdin.

Kisah ini bisa menjadi tanda tanya besar, apakah dengan waktu selama itu, benar-benar ada masyarakat yang masih belum menerima efek dari program-program yang sudah selama ini dipersiapkan dan dijalankan? Nyatanya ada, lalu pertanyaan selanjutnya, kok bisa?

Apakah kebijakan-kebijakan dan program yang selama ini dijalankan oleh Pemerintah Kota yang mempunyai slogan Cerdas, Modern, Religius ini salah sasaran? Atau hanya sekedar ‘citra’?

Laporan: STW